Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dan Sunyipun Mati

Dan Sunyipun Mati
Seseorang mengetuk pintu rumahku saat gerimis dan senja merah muda
serupa kembang dalam genggammu kini

Kaukah itu, Bim??
Telah lama kau pergi tuk bersampan mencari matahari yang lupa kembali ke hangatnya tepian langit
Kau hanya titipkan bintang paling timur yang tlah redup gemintangnya di selasar jantungku yang porak poranda

Kau tak pernah tahu, Bim
bintang itu tak lagi bisa menghibur dan menghapus air mataku oleh luka yang darahnya selalu menetes dan menguap pergi, lantas kembali lagi berulang kali

Mengapa kau tiba-tiba muncul begitu saja, seolah waktu bukan kutukan?

Kita bukan lagi kekasih yang sempurna
pertemuan kita adalah api, selalu api
membakar nadiku, hanguskan hati dan sebelah jantungku meredam puncak rindu
Kau tak pernah tahu, Bim
api itu tak bisa menyaru kunang-kunang
yang akan terbang merekatkan kenangan kita di segenap penjuru angin, dan kembali menyatukan cinta dalam mantra putih

Mengapa tak kau tebarkan saja bunga merah muda itu dalam kamar kita, lantas lari dan tinggalkan asin keringatmu?

Aku takkan sedih dan mataku tak lagi merindukan hujan
tersebab kehilangan panjang tlah membuatku mati dalam sunyi, Bim

Post a Comment for "Dan Sunyipun Mati"