Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suratku Untuk Ayah

SELAMAT HARI AYAH NASIONAL
12 November 2016

Ayah...ketika aku menulis surat ini usiaku sudah bertambah setahun sejak terakhir kita bertemu. Aku sudah hampir 12 tahun lho, mungkin ayah lupa ulang tahunku. Ayah pernah bercanda bahwa pada usia 12 tahun aku akan menjadi cowok keren yang memasuki pubertas. Aku tak tahu arti pubertas, yang kutahu hanyalah ayah bilang suaraku akan menjadi berat dan di atas bibirku mulai tumbuh bulu halus. Aku agak malu sebenarnya, jadi rambutku kuminyaki dengan sedikit jelly supaya orang melihat rambutku bukan bulu halus di atas bibirku. Aku pintar kan, ayah?

Ayah...aku pernah kesakitan karena pipisku tak lancar dan "burungku" kok tak mau turun?. Aku menangis dalam kamar mandi dan ayah datang mengajariku untuk minum air putih segelas besar, menyiram kakiku dan kemudian aku harus duduk berjongkok supaya bisa pipis. Ajaib, akhirnya aku bisa pipis walaupun sedikit. Ibu bilang dia menyerah untuk urusan laki-laki. Ha,ha,ha....


Ayah.... aku sangat senang ketika ibu harus berangkat tugas. Kau membolehkan aku tidur hingga larut, terkadang sampai aku selesai menonton "Steven Universe" favoritku di chanel Cartoon Network. Kita akan tertawa membayangkan seandainya ibu tahu ayah membolehkan aku begadang padahal besok harus sekolah. Ayah berkata itu adalah rahasia kecil kita. Ibu terkadang cerewet menyuruhku tidur lebih awal, ibu selalu senang kita tidur bertiga di tempat tidur besar itu.


Ayah...sejak ibu dan ayah "berpisah", aku tinggal berdua dengan ibu. Kenapa ya.... rumah kita besar tapi kita tak bisa tinggal bersama, malah aku dan ibu harus pergi dari situ?  Kata ibu supaya aku dekat dengan sekolah baruku. Tapi aku bingung mengapa ayah tak pernah datang untuk menjengukku? Aku pikir mungkin karena ayah mulai menua dan menjadi lupa padaku.

Tapi tak mengapa ayah, karena aku tetap ingat ayah. Ibu sangat manis padaku selalu memelukku walau kutahu ia sedih. Ibu selalu bilang bahwa kita bisa saling mengingat dan mendoakan dari jauh. Aku heran sebab kita tak jauh, ayah hanya perlu 10 menit untuk datang ke rumah ibu dan bermain denganku. Aku pernah menangis malam hari, karena aku takut wajah dan suara ayah mulai kabur kuingat karena sangat lama tak berjumpa.

Ayah...aku merindukan ayah tapi kadang aku marah dan merasa tak perlu lagi merindukan ayah. Seandainya saja separuh hati ayah bisa kubeli, aku tak keberatan memecahkan celengan ayamku dan akan memberikan semuanya untuk ayah. Aku ingin memeluk separuh hati ayah pada saat aku tak bisa tidur malam ini.


Inspirasi Lainnya :

Tempat Itu Tak Harus Sama
Sepi Itu Membunuh

Post a Comment for "Suratku Untuk Ayah"