Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membaca Ternate dalam Peta Hatiku


 Katamu pada suatu pagi

"Mari kita curi sepotong sejarah kota ini.
Biarkan perihal yang terindah mencari jati dirinya pada nadi yang lain,
karena kita tak bisa tumbuh bersama dalam satu degup."

Kataku padamu waktu itu

"Hendak kau sembunyikan dimana kuntum cengkih
yang menunggu perayaan, fuli merah yang ranum diri,
kayu manis yang wangikan tungku sagumu dan
kisah bertafsir dari para Kapita di kaki Gamalama?"

Kitapun membuka peta kota yang riak dalam hatiku,
merapikan yang sebentang dan memotret binar
sejuta wajah setelah 767 tahun. Masa silam tak
pernah tidur, bukan? bahkan setelah tunas dan daun
merimbuni kota, setelah gelap digantikan kilauan cahaya,
setelah kota yang lemah menjadi garang, menderas maju di antara lekuk pikir 

Peta kota kulipat rapih
Kusembunyikan dalam hati yang paling jauh melewati pembuluh darah yang paling kecil
menitipkan rindu yang paling berdesir
karena jantung kota adalah aku dan kau

Pada denyutnya kita tumbuh
pada petanya kelak kita akan menuliskan
tempat-tempat yang indah, aksara yang hidup
menghayati setiap sentuhan
sebelum jatuh hati pada kota kita
jatuh hati yang sebenar-benarnya

Post a Comment for "Membaca Ternate dalam Peta Hatiku"